" FINANCIAL WORLD FLOW "

Sabtu, 13 Oktober 2012

ETIKA BISNIS (TUGAS SOFSKIL)



ETIKA BISNIS

A.    Pengertian Etika dan Bisnis
Etika adalah sebuah ilmu yang mempelajari tentang bagaimana berperilaku jujur, benar dan adil. Etika merupakan cabang ilmu filsafat, mempelajari perilaku moral dan immoral, membuat pertimbangan matang yang patut di lakukan oleh seseorang kepada orang lain atau kelompok tertentu.
Bisnis hanya untuk bisnis adalah a moral. Bisnis bukan hanya untuk keuntungan bisnis semata. Richard T. De George mengatakan bahwa Business is not just for business but welfare, Bisnis di dasari oleh etika tinggi , jadi bisnis bukan hanya untuk kepentingan perolehan keuntungan melalui kegiatan bisnis semata melainkan melakukan bisnis.
            Etika bisnis adalah emikiran atau refleksi tentang moralitas dalam ekonomi dan            bisnis.
Moralitas berarti asek baik atau buruk, terpuji atau tercela, dan karenanya     diperolehkan atau tidak, dari perilaku manusia. Maoralitas selalu berkaitan dengan apa yang dilakukan manusia, dan kegiatan ekonomis meruapakan suatu biadang perilaku manusia yang penting. Tidak mengherankan jika sejak dahulu kala etika menyoroti juga ekonomi dan bisnis. Tetapi, belum pernah etika bisnis mendapat begitu banyak perhatian seperti dalam zaman kita sekarang. Etika bisnis pun dapat di jalankan pada tiga taraf yaitu :
1.      Taraf Makro, etika bisnis mempelajari aspek-aspek moral dari sistem ekonomi sebagai keseluruhan. Jadi, di sini masalah-masalah etika di soroti dalam skala besar. Misalnya masalah : bagaimana sebaiknya kekayaan di bumi ini di bagi dengan adil? Aspek-aspek etis dari kapitalisme : masalah keadilan sosial dalam suatu masyarakat, terutama berkaitan dengan kaum buruh: masalah utang negara-negara selatan terhadap negara-negara utara , dan sebagainya.
2.      Taraf Meso (madya atau menengah), etika bisnis menyelidiki masalah – masalah etis di bidang organisasi.
Organisasi di sini terutama berarti perusahaan, tapi bisa juga serikat buruh, lembaga konsumen, perhimpunan profesi, dan lain-lain.
3.      Taraf Mikro, yang di fokuskan ialah individu dalam hubungan dengan ekonomi atau bisnis. Disini di pelajari tanggung jawab etis dari karyawan dan majikan, bawahan dan manajer, produsen dan konsumen, pemasok, dan investor.
B.   Tujuan Etika Bisnis
Ada tiga tujuan Etika Bisnis yaitu :
1.      Menanamkan atau meningkatkan kesadaran akan adanya dimensi etis dalam bisnis.
2.      Memperkenalkan argumentasi meral, khususnya di bidang ekonomi dan bisnis, serta membantu pembisnis atau calon pembisnis dalam menyusu argumentasi moral yang tepat.
3.      Membantu pembisnis atau calon pembisnis untuk menentukan sikap moral yang tepat di dalam profesinya.
C.  PENERAPAN DALAM KEHIDUPAN SEHARI-HARI
1.      Pengendalian diri
Artinya, pelaku-pelaku bisnis dan pihak yang terkait mampu mengendalikan diri mereka masing-masing untuk tidak memperoleh apapun dari siapapun dan dalam bentuk apapun. Disamping itu, pelaku bisnis sendiri tidak mendapatkan keuntungan dengan jalan main curang dan menekan pihak lain dan menggunakan keuntungan dengan jalan main curang dan menakan pihak lain dan menggunakan keuntungan tersebut walaupun keuntungan itu merupakan hak bagi pelaku bisnis, tetapi penggunaannya juga harus memperhatikan kondisi masyarakat sekitarnya. Inilah etika bisnis yang “etis”. Mempertahankan jati diri dan tidak mudah untuk terombang-ambing oleh pesatnya perkembangan informasi dan teknologi.
Bukan berarti etika bisnis anti perkembangan informasi dan teknologi, tetapi informasi dan teknologi itu harus dimanfaatkan untuk meningkatkan kepedulian bagi golongan yang lemah dan tidak kehilangan budaya yang dimiliki akibat adanya tranformasi informasi dan teknologi.
2.      Menciptakan persaingan yang sehat
Persaingan dalam dunia bisnis perlu untuk meningkatkan efisiensi dan kualitas, tetapi persaingan tersebut tidak mematikan yang lemah, dan sebaliknya, harus terdapat jalinan yang erat antara pelaku bisnis besar dan golongan menengah kebawah, sehingga dengan perkembangannya perusahaan besar mampu memberikan spread effect terhadap perkembangan sekitarnya. Untuk itu dalam menciptakan persaingan perlu ada kekuatan-kekuatan yang seimbang dalam dunia bisnis tersebut.
3.      Menghindari sifat 5K (Katabelece, Kongkalikong, Koneksi, Kolusi dan Komisi)
Jika pelaku bisnis sudah mampu menghindari sikap seperti ini, kita yakin tidak akan terjadi lagi apa yang dinamakan dengan korupsi, manipulasi dan segala bentuk permainan curang dalam dunia bisnis ataupun berbagai kasus yang mencemarkan nama bangsa dan negara.
4.      Mampu menyatakan yang benar itu benar
Artinya, kalau pelaku bisnis itu memang tidak wajar untuk menerima kredit (sebagai contoh) karena persyaratan tidak bisa dipenuhi, jangan menggunakan “katabelece” dari “koneksi” serta melakukan “kongkalikong” dengan data yang salah. Juga jangan memaksa diri untuk mengadakan “kolusi” serta memberikan “komisi” kepada pihak yang terkait. Menumbuhkan sikap saling percaya antara golongan pengusaha kuat dan golongan pengusaha kebawah .Untuk menciptakan kondisi bisnis yang “kondusif” harus ada saling percaya (trust) antara golongan pengusaha kuat dengan golongan pengusaha lemah agar pengusaha lemah mampu berkembang bersama dengan pengusaha lainnya yang sudah besar dan mapan. Yang selama ini kepercayaan itu hanya ada antara pihak golongan kuat, saat sekarang sudah waktunya memberikan kesempatan kepada pihak menengah untuk berkembang dan berkiprah dalam dunia bisnis.Menumbuh kembangkan kesadaran dan rasa memiliki terhadap apa yang telah di sepakati.
disepakati .Jika etika ini telah memiliki oleh semua pihak, jelas semua memberikan suatu ketentraman dan kenyamanan dalam berbisnis. Perlu adanya sebagian etika bisnis yang dituangkan dalam suatu hukum positif yang berupa peraturan perundang-undangan .Hal ini untuk menjamin kepastian hukum dari etika bisnis tersebut, seperti “proteksi” terhadap pengusaha lemah.
D.    Sumber :
 http://id.wikipedia.org/wiki/Etika_bisnis
            Budiono , gatut, L ., Etika, jakarta, widya pustaka, 2008

Tidak ada komentar:

Posting Komentar